18 November 2008

vulgar dan sadis

Puisi-pusinya bisa dibilang lugas dan royal kalimat-kalimat atau kata-kata vulgar dan sadis, khususnya yang berkaitan dengan kehewanan atau peternakan. Inilah yang menjadi ciri khas penulis yang berlatar belakang pendidikan dokter hewan.

Wawan Kurniawan
Wartawan

16 November 2008

es kacang merah

es kacang merah

apa yang lebih nikmat dari tidur
selain melepaskan diri dari warna

merah kacang bertutur air panas mekar
cuci bersih, tiriskan, rebus empukkan
lalu kembali tiriskan
gapai impian

istirahat hancur sementara kacang merah
tiada beda dengan
istirahat susu dan gula pasir
istirahat usai masak hingga mendidih
istirahat larutan tepung maizena diaduk rata
istirahat krim kental
meski dibangunkan masak panas mendidih
dan ditenangkan dalam cetakan es loli
dibekukan stik es dalam freezer
pembeku

:abadi

Yonathan Rahardjo/ jakarta, 2005
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

es goreng

es goreng

panas! udara fikir keringat mengalir!
kuusap dahi dengan tangan kotor
apakah jadikannya bersih?
ya, setidaknya keringat lepas
pori-pori kulit terhembus udara segar
di bis-bis kota besar
yang sesak penuh
energi panas segar memang
: hiburan!

maka es pun
: digoreng

Yonathan Rahardjo/ jakarta, 2005-2007
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

es doger

es doger

dihisap tanah kering kelapa muda kerok
tape singkong potong dadu
dan ketan hitam kukus

air bah es batu kepruk pun keringlah

keagungan sirup pisang ambon,
susu kental manis, santan dan tape singkong
jadi milik kekeringan

kemelaratan pun jadi milik air
melimpah

apa boleh buat,
kekeringan nan agung
kawan dekat limpahan air

: dalam satu sajian

Yonathan Rahardjo/ jakarta, 2005-2007
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

emping mlinjo

emping mlinjo

hidup hanya sebentar
tak guna jalani keliru
maka kita harus saling baik dan
paham dan
terima kenyataan
tentang
kita

sejarah kita
hingga membiji tua
rela ditumbuk
mempe-lempeng derajat
nyaris remuk
turut
memperkaya
kebaikan
di ujung
maut

Yonathan Rahardjo/ menteng, 2006-2007
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

di bubur dan mi

di bubur dan mi

jago kate menang di rumah sendiri.
labrak sana-sini patuk sabetkan pedang tumpul.
darah bukan karena tajam tapi sekuat batunya gila.
main, menang, main, kalah, main, ko,
main, mati, main, mampus.
apa dicari makin seperti terasi busuk
dimakan lalat malam.
di bawah bertebaran belepotan tai bertaburan
laksana pupuk urea setumpuk nasi impor
bernama mi.

ayam berpacu dari kandang,
teriak ngeri terbilang, ribuan surai melayang,
mana kuping, mana otak, mana dada,
goncang getar otot, koyak buluh darah, lari terlunta.

rajam kasih sayang, ia hidup tapi kami jagal,
ia bergairah tapi kami buat berdarah.
kami mangsa kehidupan, hamba keraguan,
ragu hilang, kala yakin sahabati selera,
ganti aroma, gauli cita rasa, gauli rejan pangkal lidah,
teguk air liur, biar tetesnya antara rasa di lidah,
antara gelisah ganti gairah, dalam mangkuk bubur ayam,
cita rasa rajam dendam, basuh rindu, lupa prosesi,
slalu ingin lagi.

ayam tak sendiri lagi, tlah satu dengan bubur,
garam, bawang putih, kuah sari ayam sendiri,
hancur dan menyatu,

krupuk hidupi, kacang warnai, bawang merah jadi saksi.
ayam sendiri hilang pribadi. enak lezat gurih renyah.
tapi ia bangkai gigit telusur cekik leher lumat isi perut.

penipuan? ya.
pemalsuan? ya.
perusak etika? ya.
penghancur norma? ya.
gimana gak ada yang lapor?
lapor saja.
polisi petugas, pembeli.
lupakan kasihan, iba, ingatan,
ia butuh makan.

cari makan toh bukan dari bangkai.
masa suruh makan.
bangkai tuk beri makan orang miskin melarat.
ia tetap jual dan laku.
murah meriah di warung.
depot restoran siapa tahu?
masa makan bangkai di kedai tak ingat umur.
bangkai, mengapa tak boleh dimakan?
kalau mau kan bisa jadi sumanto?
tuduhan bukan makan bangkai.
tapi penipuan.
ah lemahnya jerat penjaja bangkai
pencuri bangkai
pengibul bangkai.

bau busuk bukan hanya di bangkainya.

Yonathan Rahardjo/ depok-jakarta, 2003-2004
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

donat

donat

wajah yang selalu mengetuk di rongga tubuh tengah
wajah yang selalu menyembul dari dasar mata
wajah mu
tak peduli bintang sudah bercahya di siang
tak ragu menyergap nadi yang tlah muntah
ia yang keluar dari wilayah-wilayah
berlobang
masihlah
kau.

entah kenapa

dalam lobang tengah lingkaran
smua kenangan denganmu
muncul begitu saja

toh smua sperti biasa
kau tetap kau
kau punya rahasia
ku pernah buka
namun kadang lupa
tuk percaya.

:karena mata

Yonathan Rahardjo/ jakarta, 2006-2007
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

es campur

es campur

beres kan?
niat baik kita jelas sudah
didengarnya

sukses segala
untukmu
: kita

Yonathan Rahardjo/ ragunan, 2006-2007
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

es cincau

es cincau

sahabat atau seorang yang istimewa
itu alami

sejarah yang bicara

yang harus kita lakukan sekarang
cukup berbuat baik

sebagai ganti
dicuci dan diremas
diendap dan dikeras
nya
aku

bercinta dengan
direbus dan dikental
dibakar dan diparut
dikental dan digaram
nya
kamu

di masa
:lalu

Yonathan Rahardjo/ menteng-ragunan, 2006-2007
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008

es degan

es degan

tulang tusuk dadaku menahan getar jantungku
otot dadaku menampik hasratku
daging rongganya menolak lebam dari dalamku
kain baju menghempas desis auraku
langit-langit rumahku memantulkan pujianku
otak kumalku membikin mereka tak berdaya
bagaimana bola kristal ini bisa melambung?
kalau padat intinya tak berputar dengan plasma dan
sito-nya?
siti dan situ jadi satu pun tak mampu membuat air ini
menderas ke angkasa
terlalu kuatlah gaya tarik tanah tempat kakiku
bertapak.

Yonathan Rahardjo/ ragunan, 2003
kompas.com/ Jumat, 14 November 2008