Ciap-ciap anak-anak kami bernafaskan gairah
lari-lari anak-anak kami berselimutkan energi ungu
kami bahagia lho
sungguh
meski,
kokok suami-suami kami tidak pernah menjadi milik kami
bahkan kotek induk-induk kami tidak pernah kami dengar
kami sudah dipisah sedari induk-induk kami sudah menggulir telur dari
mana kami menetas
kami sebatang kara sedari lahir
tapi kami bertelur
ribuan
ribuan
ribuan
untuk lelaki
untuk perempuan
untuk anak
untuk bangsa lelaki dan perempuan
untuk bangsa manusia-manusia
untuk peradaban
untuk otak cerdas
hanya dengan kuning dan putih kami
hanya dengan telur kosong tanpa generasi baru kami.
kami berfungsi sebegitu saja
berhari-hari
berminggu-minggu
berbulan-bulan
bertahun-tahun
tanpa pernah mendengar tangis anak-anak kami
yang bisa kami dengar hanyalah
tangis-tangis kami
meski itu hanya sekejap sekali
dan kami pergi
tak kembali
tanpa pernah bisa berbisik dan berteriak di telinga dokter hewan tuli
itu virus AI!
bukan virus tetelo yang kau taburkan pada tubuh-tubuh kami
menambah bangsa kami makin
mati.
di mana kau sisakan bahagia kami?
Yonathan Rahardjo/ Jakarta, Januari 2004
Buku Avian Influenza: Pencegahan, Pengendalian, Dan Pemberantasannya, 2004
No comments:
Post a Comment