kilat
an lampu kita
tak lagi menerangi kertas baca
an di ruang kosong berkursi di
mana kita datang dan pergi
ramaikan telinga-telinga
tak ramaikan rongga dada
bo
cor
hanya karna di depan ada
lah monster yang bacakan
kopian pada ilmu dewa
nya.
ia katakan pada telinga calon dewa
yang terbata-
bata
ketika menghadapi
suatu ironi, langkah selalu berbenturan
antara teori dan
fakta
langkah selalu berhadap-hadapan
antara modal
dan niat berbagi.
kau katakan akan memberi sorga bagi kami
saat yang sama kau rampas sorga kami
meski, janji-
janjimu selalu kau dengungkan.
bisakah kau tambal jantung kami yang telah bocor
dengan kata-
katamu sendiri yang
lupa jati diri.
Yonathan Rahardjo/ jakarta, 2006
Apresiasi Sastra 28 Maret 2008
No comments:
Post a Comment