dindaku sayang
mari mengasah pisau
yang kita pakai untuk memotong
kayu
dan menghaluskannya untuk membuat
leher gitar
yang akan menemani
kita melewatkan malam di pulau bernyamuk
berular
bergelap tidak perpenghuni
kampung bekedap
mari kita lebih mendekatkan diri
ketika seharian lelah
menyiksa
tetesan keringat
mengucur
perut melilit
tekanan menerkam ulu hati
perintah-perintah orang berlars panjang
mengambil barang sesuka hati
dari setiap tetes keringat bercampur darah
kita
yang menyemainya di terik
panas siang
di ubun-ubun tengah hari
biar denting tali senar
dari kawat baja kabel-kabel sisa,
triplek bekas, kayu-kayu sisa,
krep-krep baja patah
patah menjadi wujud
percintaan kita
yang mengalirkan petikan
dentingan
genjrengan
alunan menggema dari rongga hawa membelah malam
menyuarakan kegalauan
kita
terdengar sampai jakarta
dan
new york
kau memang
sayangku
yang telah menyusul
dan menemaniku
memberi nafas
dan bercinta
bersama di pulau ini
menghitung hari
merangkai sajak pembelejetan hak-
hak hidup manusia
pki.
kemaluanku dipotong
ditempelkan di telinga
menggantikan alat pendengaran
yang saban hari dipopor bedil
angkatan darat
hingga untuk mendengar
orang bertanya
tentang bumi manusiaku
harus kusuruh
mereka berteriak
memakai pengeras suara
APAAAAAAAAAAA???????!!!!!!!!!!!!
Yonathan Rahardjo/ Perbatasan Jakarta-Depok, 30 September 2003
Buku Antologi Tragedi Kemanusiaan 1965
No comments:
Post a Comment