tiba kau di tanganku
lewati kau tujuh laut
melanglang untuk jumpa
melangit untuk tiba
mendarati permadani lembut
malabrak tanya tak sekedar larut
permadani bernampan langit
perkatakan pada satu wangsit
kami tinggalkan alamat sperti slilit
kami lakukan pengakuan
kami jumpaimu adalah suatu kemujuran
ketika pohon-pohon sagu pada tumbang
ketika lidah-lidah ragu pada terbang
ketika selera-selera baru pada menggarang
tanahmu tlah dikepung musuh
tanahmu tlah dirampok keluh
sedang selembar daun sagu pun jatuh
sedang sehelai sayang mulai luruh
masih ada yang tunjukkan riang
jauh-jauh dari negeri sagu
menciumku tanpa ragu
menegaskan tanya
memanggil masa kecil
menggemakan masa akbar
sungguhkah di tanahmu
kau tak lagi punya
:akar
Yonathan Rahardjo/ jakarta, 2007
Buletin BINA DESA, Januari-Maret 2008
No comments:
Post a Comment